Minggu, 09 Agustus 2009

Hiking Tenaga Kerja Indonesia

8 agustus aku harus bangun pukul 7 pagi yang biasanya gak pernah kejadian diatas tempat tidurku, aku harus terbangun dikamar dalam sebuah kondominium seorang atase departemen sosial budaya KJRI Penang. 20 menit kemudian kami sudah menaiki mobil dan mulai bergerak melalui kantor KJRI Penang, namun keadaan didalam sudah sangat sepi, bukan karena itu adalah hari sabtu yang dijadikan hari libur, namun karena kami telah tertinggal rombongan. jadi kami melanjutkan perjalanan menuju kearah kebun bunga kira-kira 15 menit dari kantor.

beberapa meter dari lokasi aku sudah melihat beberapa orang laki-laki berambut gondrong kriting, badan tegap, kulit gelap dan bercelak menggunakan seragam SMA (yang namanya SMA pasti di Indonesia) sambil menghisap rokok mereka. semakin bergerak menjauh semakin ramai orang-orang berperawakan seperti itu aku lihat. tidak heran, karena hari itu KJRI mengundang banyak TKI untuk hadir dalam acara hiking menuju Bukit Bendera (dihari itu benderanya adalah merah putih) dalam peringatan kemerdekaan indonesia.

turun dari mobil, kami mulai bergabung kedalam kerumunan, banyak diantara mereka menggunakan baju kaos yang mungkin dibagikan atau mereka buat sendiri, karena byk diantara mereka menggunakan baju dengan tulisan yang seragam. "Granat", "Arema", "Laskar Merah Putih" adalah beberapa contoh yang saya lihat, semuanya bertema Indonesia. entah itu rasa kebersatuan Indonesia atau rasa kuat-kuatan geng TKI, yang pasti tidak ada kata kotor atau saling maki dicetak di atas baju itu.

Beberapa menit kemudian, tiba-tiba terdengar teriakan "merdeka, merdeka" dari penguat suara, entah apa kata-kata pembukaanya aku tidak dengarkan karena fokusku pergi ke kegiatan yang lain, yang pasti seketika kerumunan itu mulai berjalan diatas aspal yang memang dibuat untuk perjalanan kendaraan roda dua atau empat yang pasti kuat menempuh kemiringan 5 hingga 30 persen. semua orang mulai berjalan dengan semangat dan dengan obrolan yang bermacam-macam dmana obrolan-obrolan mereka tidak dapat saya artikan dalam konteks bahasa Indonesia. mereka ngobrol dengan bahasa derah yang kental, bahasa jawa yang super kental, bahasa batak yang kental, bahasa sunda yang kental, namun ada sebagian yang telah lama tinggal di Malaysia kehilangan bahasa daerah mereka, jadi mereka menggunakan bahasa Melayu dan itu kental. Ada yang pacaran, ada yang main gitar ada juga yang saling gebet, namun semuanya memancarkan kegembiraan libur kerja mereka yang mungkin biasanya jadi pembantu rumah tangga, perakit TV, montir bengkel, penjaga restoran dan lain-lain.

4 KM berjalan miring mendaki, kami mulai mendengar musik lagu dangdut dari arah puncak bukit. beberapa TKI mulai melebarkan senyum, dangdut seperti menginfus mereka dengan zat-zat gizi yang membuat mereka semakin bersemangat menempuh 1 KM lagi perjalanan.

1 KM kemudian sudah terlampaui dan kami sampai dipuncak Bukit Bendera dipagarnya terpampang tulisan "FINISH" dan memang perjalanan sudah berakhir. semua orang menukar kupon makanan dan minuman beberapa diantaranya mulai bersolek menutupi keringat mereka selama perjalanan, tapi lama kelamaan sudah seperti berdandan untuk pergi ke acara dangdutan. setelah beberapa istirahat semua orang pergi kedalam sebuah hotel yang punya pekarangan belakang dengan view laut dari pulau Penang. ternyata saya salah seorang yang telat. semua orang telah ramai dibawah panggung dipekarangan, sedangkan panggung yang sedemikian rupa dibuat lengkap dengan sound system dan alat musik yang hanya keyboard sudah terisi dua biduan berbaju pink yang sedang menggoyang panggung dan lagu dangdut yang sudah hampir habis dinyanyikan.

Suasana dan aura dangdutan sudah meluap hingga hampir menyentuh awan mendung tapi para TKI tetap saja bergoyang. saya mulai mengambil kamera poket dan turun kebawah panggung tempat mereka melakukan moshing. masing-masing dengan gaya mereka masing-masing. tidak ada alkohol tidak ada ganja, tapi mereka seperti mabuk, menutup mata menganggkat tangan tinggi-tinggi mengepalkanya dan persisa satu jari, jempol atau telunjuk kemudian pinggang mulai bergoyang.

aku berada ditengah-tengah kerumunan yang tidak pernah mengkerumuni aku sebelumnya.orang-orang bermuka sangar dan berbadan besar mulai bersenang-senang mengikuti irama dangdut. kalau saja itu di sebuah acara dangdutan syukuran sunatan anak kepala kampung di Indonesia, aku tidak akan berani mengeluarkan kamera poketku, tapi waktu itu aku malah tidak mau kalah oleh mereka yang sambil bergoyang malah menggunakan handycam untuk merekam teriakan-teriakan senang teman-temannya. tiba-tiba salah satu mas-mas bertuliskan "Granat" dibajunya membawa sebuah bambu panjang kedalam kerumunan dan kemudian temannya mendekati, mengeluarkan sesatu dari tasnya, itu adalah sebuah kain kira-kira berukuran 4 x 3 meter dan memiliki 2 warna dan mengikatkannya ke bambu itu, beberapa saat kemudian bendera merah putih ukuran besar telah berkibar diantara mereka penikmat dangdut dan dikibarkan oleh penikmat dangdut sendiri. aku mulai merinding melihatnya, tidak pernah aku rasakan bahkan bayangkan berada dikerumunan seperti ini, bukannya merasa takut atau resah dalam kerumunan yang harusnya aku hindari ketika di Indonesia malahan aku sangat terharu berada didalamnya, untung saja air mataku tidak sempat menetes. Jangankan tonjok-tonjokan, bahkan kata-kata kasar saja tidak terdengar olehku didalam kumpulan yang sekilas terlihat seperti geng besar narapidana itu. "mas, nanti tag di pesbuk saya ya fotonya" kata seorang laki-laki yang mukanya dicat warna merah putih dengan suara berat dan datar yang baru saja saya foto dengan senyuman ikhlas nya, tangannya yang menggenggam merah putih, dan rambut keriting panjangnya ala rocker tahun 80an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar